Berikut Daftar Kerajaan Islam di Indonesia Yang Pertama Hingga Terakhir - Part 3

Daftar Isi
Sebelumnya kita telah membahas mengenai “Berikut Daftar Kerajaan Islam di Indonesia Yang Pertama Hingga Terakhir - Part 1&2”, kali ini diguditu.com akan melanjutkan pembahasan bagian 2.

Tujuan pembelajaran:

  • Menjelaskan dan menyajikan peninggalan sejarah Kerajaan/Kesultanan Islam yang ada di Indonesia.
  • Menjelaskan pengaruh Kerajaan/Kesultanan Islam terhadap kehidupan masyarakat di Indonesia.

5. Kerajaan Banten

Berikut profil singkat Kerajaan Banten:
  • Berdiri: 1526 M - saat ini
  • Lokasi: Surosowan Banten Lama
  • Kota: Banten
  • Provinsi: Banten
  • Sultan Pertama: Sultan Maulana Hasanuddin
  • Bukti Sejarah: Masjid Banten

Awal Mula Kerajaan

Kerajaan Banten awalnya merupakan daerah kekuasaan Kerajaan Sunda yang beragama Hindu. Kerajaan Sunda menjalin kerja sama di bidang perdagangan dengan Portugis. Untuk membendung pengaruh Portugis di Pulau Jawa, Sultan Trenggono mengirim Fatahillah untuk merebut Banten, termasuk juga Sunda Kelapa.

Gambar Masjid Raya Banten | Tirto.id

Sunda Kelapa berhasil diduduki pada tanggal 22 Juni 1527. Fatahillah lalu mengganti nama Sunda Kelapa menjadi Jayakarta yang berarti Kota Kemenangan. Tidak lama setelah itu, wilayah Banten berada di bawah kekuasaan Kerajaan Demak.

Raja pertama Kerajaan Banten adalah putra dari Fatahillah, yaitu Sultan Hasanuddin. Pada masa pemerintahannya, Kerajaan Banten mengalami banyak kemajuan, antara lain: menjadi pusat penyebaran agama Islam; menguasai Selat Sunda yang menjadi jalur lalu lintas perdagangan; Pelabuhan Banten menjadi pusat perdagangan yang ramai didatangi pedagang dari berbagai bangsa.

Puncak Kerajaan

Kerajaan Banten mencapai puncak kejayaannya pada masa pemerintahan Sultan Ageng Tirtayasa. Sultan Ageng Tirtayasa menolak permintaan Belanda untuk memonopoli perdagangan di Pelabuhan Banten.

Kemunduran Kerajaan

Berbeda dengan Sultan Ageng Tirtayasa, putranya yang bernama Sultan Haji menjalin hubungan baik dengan Belanda. Akibat politik adu domba Belanda, terjadilah perang antara Sultan Haji dan Sultan Ageng Tirtayasa. Sultan Haji berhasil menjadi raja dengan bantuan Belanda, sedangkan Sultan Ageng Tirtayasa dipenjara hingga wafat.

Sultan Banten

Berikut beberapa sultan yang menjabat di Kesultanan Banten:
  • Sultan Maulana Hasanuddin (1552 - 1570)
  • Sultan Maulana Yusuf (1570 - 1585)
  • Sultan Maulana Muhammad (1585 - 1596)
  • Sultan Abu al Mafakhir Mahmud Abdulkadir (1596 - 1647)
  • Sultan Abu al Ma'ali Ahmad (1647 - 1651)
  • Sultan Abu al Fath Abdul Fattah (Sultan Ageng Tirtayasa 1651 - 1683)
  • Sultan Abu Nashar Abdul Qahar (1683 - 1687)
  • Sultan Abu Fadhl Muhammad Yahya (1687 - 1690)
  • Sultan Abu al Mahasin Muhammad Zainul Abidin (1690 - 1733)
  • Sultan Abu al Fathi Muhammad Syifa Zainul Arifin (1733 - 1750)
  • Sultan Syarifuddin Ratu Wakil (1750 - 1752)
  • Sultan Abu al Ma'ali Muhammad Wasi Zainal Alimin (1752 - 1753)
  • Sultan Arif Zainul Asyiqin al Qadiri (1753 - 1773)
  • Sultan Abu al Mafakhir Muhammad Aliudin (1773 - 1799)
  • Sultan Abu al Fath Muhammad Muhyiddin Zainussalihin (1799 - 1801)
  • Sultan Abu al Nashar Muhammad Ishaq Zainulmutaqin (1801 - 1802)
  • Sultan Abu al Mafakhir Muhammad Aliyuddin II (1803 - 1808)
  • Sultan Muhammad ibn Muhammad Muhyiddin Zainussalihin (1809 -1813)
  • Sultan Syarif Muhammad ash Shadiuddin (2016 - saat ini)

6. Kerajaan Ternate dan Kerajaan Tidore

Berikut profil singkat Kerajaan Ternate dan Tidore:
  • Berdiri: 1257 M - 1914
  • Lokasi: Sampalu
  • Kabupaten: Kepulauan Maluku
  • Provinsi: Maluku
  • Sultan Pertama: Baab Mashur Malamo
  • Bukti Sejarah: Istana Kerajaan Ternate

Awal Mula Kesultanan

Di Kepulauan Maluku terdapat dua kerajaan Islam, yaitu Kerajaan Ternate dan Kerajaan Tidore. Kerajaan Ternate berdiri pada tahun 1527 dan terletak di Sampalu, Kepulauan Maluku. Raja Ternate yang terkenal adalah Sultan Hairun.

Puncak Kejayaan

Kerajaan Ternate merupakan penghasil cengkeh dan pala. Kerajaan Ternate berdampingan dengan Kerajaan Tidore. Kerajaan Tidore berpusat di Halmahera.

Rajanya yang terkenal adalah Sultan Nuku. Kerajaan Ternate dan Kerajaan Tidore bersaing dalam kegiatan perdagangan. Kerajaan Ternate membentuk Uli Lima (Persekutuan Lima) yang meliputi wilayah Ambon, Seram, Bacan, dan Obi. Kerajaan Tidore membentuk Uli Siwa (Persekutuan Sembilan) yang terdiri atas Halmahera, Jailolo, Papua, dan pulau-pulau Iain di sekitarnya.

Gambar Istana Kerajaan Ternate | Theindonesian.id

Persaingan antara Kerajaan Ternate dan Kerajaan Tidore dimanfaatkan oleh Portugis dan Spanyol. Kerajaan Ternate bekerja sama dengan Portugis, sedangkan Kerajaan Tidore bekerja sama dengan Spanyol. Portugis berhasil membangun Benteng Sao Paulo di Ternate dan menguasai perdagangan.

Kemunduran Kerajaan

Di bawah kepemimpinan Sultan Baabullah dari Kerajaan Ternate, rakyat sadar telah diadu domba oleh Portugis dan Spanyol. Mereka kemudian bersatu untuk mengusir Spanyol dan Portugis dari Maluku.

Sultan Ternate

Berikut beberapa sultan Ternate:
  • Baab Mashut Malamo (1257 - 1277)
  • Poit (1277 - 1284)
  • Komala 'Abu Said (1284 -1298)
  • Bakuku (1298 - 1304)
  • Ngara Malamo (1304 - 1317)
  • Patsaranga Malamo (1317 - 1322)
  • Cili Aiya (1322 - 1331)
  • Paji Malamo (1331 -1332)
  • Shah Alam (1332 - 1343)
  • Tolu Malamo (1343 - 1347)
  • Kie Mabiji (1347 - 1350)
  • Ngolo Ma Caya (1350 - 1357)
  • Mamoli (1357 - 1359)
  • Gapi Malamo (1359 - 1372)
  • Gapi Baguna I (1372 - 1377)
  • Komala Pulu (1377 - 1432)
  • Marhum (1432 - 1486)
  • Zainal Abidin (1486 - 1500)
  • Bayar Sirrullah (1500 - 1522)
  • Abu Hayat (1522 - 1529)
  • Hidayatullah (1529 - 1533)
  • Tabariji (1533 - 1535)
  • Hairun Jamilu (1535 - 1570)
  • Babullah Datu Shah (1570 - 1583)
  • Said Barakat Shah (1583 - 1606)
  • Muzaffar Shah I (1607 - 1627)
  • Hamzah (1627 - 1648)
  • Mandar Shah (1648 - 1650)
  • Manilha (1650 - 1651)
  • Mandar Shah (1651 - 1675)
  • Sibori Amsterdam (1675 - 1689)
  • Said Fatullah (1689 - 1714)
  • Amir Iskandar Zulkarnain Saifuddin (1714 - 1751)
  • Ayan Shah (1751 - 1754)
  • Syah Mardan (1755 - 1763)
  • Jalaluddin (1763 - 1774)
  • Harun Shah (1774 - 1781)
  • Achral (1781 - 1796)
  • Muhammad Yasin (1796 - 1801)
  • Muhammad Ali (1807 - 1821)
  • Muhammad Sarmoli (1821 - 1823)
  • Muhammad Zain (1823 - 1859)
  • Muhammad Arsyad (1859 - 1876)
  • Ayanhar (1879 - 1900)
  • Muhammad Ilham (1900 - 1902)
  • Haji Muhammad Usman Shah (1902 - 1915)
  • Iskandar Muhammad Jubir Shah (1929 - 1975)
  • Haji Muzaffar Shah II (1975 - 2015)

7. Kerajaan Gowa - Tallo

Berikut profil singkat Kerajaan Gowa-Tallo:
  • Berdiri: 1300 - 1945 M
  • Lokasi: Sobaopao
  • Kabupaten: Gowa
  • Provinsi: Sulawesi Selatan
  • Sultan Pertama: Tumanurung
  • Bukti Sejarah: Keraton Gowa - Tallo

Awal Mula Kerajaan

Kerajaan Gowa-Tallo merupakan gabungan antara dua kerajaan yang bersatu, yaitu Kerajaan Gowa dan Kerajaan Tallo. Pusat Kerajaan Gowa Tallo terletak di Sobaopao, Makassar (Sulawesi Selatan). Kerajaan Gowa -Tallo merupakan kerajaan Islam pertama di Sulawesi. Raja pertama yang memeluk agama Islam adalah Raja Karaeng Matoaya. la bergelar Abdullah Awwalu Islam.

Puncak Kejayaan

Kerajaan Gowa Tallo mencapai puncak kejayaannya pada masa pemerintahan Sultan Hasanuddin. Kerajaan Gowa-Tallo merupakan kerajaan maritim yang kuat. Kerajaan Gowa Tallo juga merupakan pusat perdagangan rempah-rempah yang ramai. Faktor pendukungnya adalah letaknya yang strategis karena merupakan daerah penghubung antara Pulau Jawa, Malaka, dan Maluku.

Istana Kerajaan Gowa | CNN

Raja terbesar dari Kerajaan Gowa Tallo adalah Sultan Hasanuddin. la dijuluki sebagai "Ayam Jantan Dari Timur" karena keberaniannya melawan Belanda yang ingin memonopoli perdagangan di wilayahnya. Namun, Raja Aru Palaka dari Bone melakukan pengkhianatan. 

Hal ini menyebabkan Sultan Hasanuddin terpaksa menandatangani Perjanjian Bongaya. Perjanjian tersebut sangat merugikan Kerajaan Gowa-Tallo. Perjanjian itu berisi tentang hak Belanda untuk melakukan monopoli perdagangan di Pelabuhan Makassar.

Penyebaran agama Islam di Kepulauan Maluku dilakukan oleh Sunan Giri dari Jawa Timur. Kerajaan Ternate dan kerajaan Islam di sekitarnya mendapat pengaruh agama Islam dari Sunan Giri.

Sultan Gowa - Tallo

Berikut sultan yang menjabat di Kesultanan Gowa - Tallo:
  • Tumanurung Baine (1300)
  • Tumassalangga Baraya
  • I Puang Lowe Lembang
  • I Tuniatabani
  • Karampang ri Gowa
  • Tunatangka Lopi
  • Batara Gowa
  • Pakete Tau Tunijallo ri Passukki (1510 -1511)
  • Daeng Matanre Karaeng Tumapa'risi Kallonna (1511 - 1546)
  • I Manriwagau Daeng Bonto Karaeng Lakiun Tunipalangga (1511 1565)
  • I Tajibarani Daeng Marompa Karaeng Data Tunibatte (1546 - 1565)
  • I Manggorai Daeng Mameta Karaeng Bontolangksa Tunikallo (1545 - 1950)
  • I Tepukaraeng Daeng Parabbung Tuni Paslu (1593)
  • I Mangari Daeng Manrabbia Sultan Alau'ddin (1586 - 1639)
  • Tumamenang ri Papambatuna Sultan Malikussaid (1697 - 1653)
  • I Mallombassi Daeng Mattawang Karaeng Kaliyung Bonto Mangape Sultan Hasanuddin (1653 - 1669)
  • Sultan Amir Hamzah (1669 - 1674)
  • Sultan Muhammad Ali (1674 - 1677)
  • I Mappadulu Daeng Mattimung Karaeng Santobone Sultan Abdul Jalil (1677 - 1709)
  • La Pareppa Tosappe Wali Sultan Ismail (1709 - 1711)
  • I Mappauraqngi Sultan Sirajuddin (1711)
  • I Mappaurangi Sultan Sirajuddin (1735 - 1735)
  • I Mallawagau Sultan Abdul Khair (1735 - 1742)
  • I Maappibabasa Sultan Abdul Kudus (1742 - 1753)
  • Amas Madina Batara Gowa (1753 - 1767)
  • I Mallisujawa Daeng Riboko Arungmampu (1767 - 1769)
  • I Temmassongeng Karaeng Katanka Sultan Zainuddin (1770 - 1778)
  • I Manawari Karaeng Bontolangkasa (1778 - 1810)
  • I Mappatunrul mangikarang Karaeng Lembang Parang (1816 - 1825)
  • La Oddanriu Karaeng Katangka (1825 - 1826)
  • I Kumala Karaeng Lembang Perang Sultan Abdul Kadir Moh Aidid (1826 - 1983)
  • I Malingkaan Daeng Nyonri Karaeng Katangka Sultan Idris (1893 - 1895)
  • I Makkulau Daeng Serang Karaeng Lembangparang Sultan Husain (1895 - 1906)
  • I Mangimangi Daeng Matutu Karaeng Bonto Nompo Sultan Muhammad Tahur Muhibuddin (1936 - 1946)
  • Andi Ijo Daeng Mattawang Karaeng Lalolang Sultan Muhammad Adbul Kadir Aidudin (1956 - 1960)

Pembahasan sebelumnya:

Posting Komentar