Berikut Daftar Kerajaan Islam di Indonesia Yang Pertama Hingga Terakhir - Part 2

Daftar Isi
Sebelumnya kita telah membahas mengenai “Berikut Daftar Kerajaan Islam di Indonesia Yang Pertama Hingga Terakhir - Part 1”, kali ini diguditu.com akan melanjutkan pembahasan bagian 2.

Tujuan pembelajaran:

  • Menjelaskan dan menyajikan peninggalan sejarah Kerajaan/Kesultanan Islam yang ada di Indonesia.
  • Menjelaskan pengaruh Kerajaan/Kesultanan Islam terhadap kehidupan masyarakat di Indonesia.

3. Kesultanan Aceh Darussalam

Berikut profil singkat Kerajaan Aceh:
  • Berdiri: 1496 M - 1903
  • Lokasi: Kutaraja
  • Kota: Banda Aceh
  • Provinsi: Aceh
  • Sultan Pertama: Sultan Ali Mughayat Syah
  • Bukti Sejarah: Meuligoe, Gunongan, Kandang (Komplek Makam Sultan)

Awal Mula Kesultanan

Kerajaan Aceh berdiri pada abad ke-16 M. Letaknya di sekitar Banda Aceh. Raja pertama Kerajaan Aceh adalah Sultan Ali Mughayat Syah. Beliau digantikan oleh putranya, yaitu Sultan Salahuddin. la kemudian digantikan oleh adiknya, yaitu Sultan Alauddin Riayat Syah. la menyebarkan Islam hingga ke Siak (Riau) dan Sumatera Barat. la juga mengadakan kerja sama dengan Turki untuk memperkuat armada militernya melawan Portugis.

Puncak Kejayaan

Kerajaan Aceh mencapai puncak kejayaannya pada pemerintahan Sultan Iskandar Muda. Pada masa pemerintahannya, wilayah Kerajaan Aceh meliputi sebagian Pulau Sumatera dan Semenanjung Malaysia (Johor, Pahang, dan Kedah). 

Kerajaan Aceh pernah berusaha merebut Malaka dari tangan Portugis, namun gagal karena Portugis berhasil menghasut Sultan Johor. Kerajaan Aceh mengalami kemunduran setelah Sultan Iskandar Muda wafat.

Masjid Baiturrahman Banda Aceh | Nukilan.id

Faktor kemunduran Kerajaan Aceh Iainnya adalah kekuasaan Belanda semakin kuat. Hal ini ditandai dengan jatuhnya wilayah Minangkabau, Siak, Tiku, Tapanuli, Mandailing, Deli, dan Bengkulu ke pangkuan Belanda.

Kerajaan Aceh pernah menjadi kerajaan Islam yang kuat dan disegani. Selain itu, Kerajaan Aceh juga menjadi pusat perdagangan dan pusat penyebaran agama Islam. Sebagai pusat penyebaran agama Islam, Kerajaan Aceh menerjemahkan Alquran ke dalam bahasa Melayu.

Kemunduran Kesultanan

Faktor yang paling dominan menyebabkan kemunduran Kerajaan Aceh adalah dominasi Belanda di Sumatra. Belanda menguasai wilayah Minangkabau, Siak, Tiku, Tapanuli, Mandailing, Deli, dan Barus pada tahun 1840.

Selain daripada itu di dalam kesultanan juga terjadi perang saudara yang disebabkan tahta kerajaan jatuh kepada Sultanah (perempuan) dari Janda Iskandar Tsani. Sebagian para pemangku jabatan tidak menghendaki hal itu terjadi, kesultanan layak dipimpin oleh seorang sultan.

Belanda juga mulai menyerang Kesultanan Aceh pada tahun 1873 setelah dilakukan beberapa upaya diplomatik yang tidak berhasil disepakati. Kerajaan Aceh sangat menentang Belanda yang ingin menguasai wilayah Aceh menjadi bagian dari Kerajaan Belanda.

Belanda akhirnya menggunakan cara licik dengan menghadirkan Dr. Christiaan Snouck Hurgronje dari Universitas Leiden pada tahun 1896. Hurgronje belajar banyak tentang kebudayaan Aceh dan Islam, ia menyarankan Belanda untuk merangkul Uleebalang (Kaum Bangsawan) kemudian menghabisi para ulama yang menentangnya.

Pada tahun 1903 Sultan Muhammad Daud Syah akhirnya menyerahkan diri kepada Belanda setelah istri dan anaknya ditawan dan diancam oleh Belanda akan dibunuh. Selanjutnya diikuti oleh Panglima Polem Muhammad Daud, Tuanku Raja Keumala, dan Tuanku Mahmud.

Sultan Kerajaan Aceh Darussalam

Berikut beberapa sultan yang menjabat Kesultanan Aceh:
  • Ali Mughayat Syah (1514 - 1530)
  • Salahmuddin (1530 1537)
  • Alauddin al Kahar (1537 - 1571)
  • Ali Ri'ayat Syah I (1571 - 1579)
  • Sultan Muda (1579)
  • Sri Alam (1579)
  • Zainul Abidin (1579)
  • Alauddin mansur Syah (1579 - 1585)
  • Ali Ri'ayat Syah II (1585 - 1589)
  • Alauddin Ri'ayat Syah Sayyid al-Mukammal (1589 -1604)
  • Ali Ri'ayat Syah III (1604 - 1607)
  • Ismandar Muda (1607 - 1636)
  • Iskandar Thani (1636 -1641)
  • Ratu Safiatuddin Tajul Alam (1641 - 1675)
  • Ratu Nurul Alam Naqiatuddin Syah (1675 - 1678)
  • Ratu Inayat Zaqiatuddin Syah (1678 - 1688)
  • Ratu Kamalat Syah (1688 - 1699)
  • Badr ul Alam Syarif Hasyim Jamaluddin (1699 - 1702)
  • Perkasa Alam Syarif Lamtui Syah Johan Berdaulat (1702 - 1703)
  • Jamal ul Alam Bard ul Munir (1703 - 1726)
  • Jauhar ul Alam (1726)
  • Syamsul Alam (1726 - 1727)
  • Alauddin Ahmad Syah (1727 - 1735)
  • Alauddin Johan Syah (1735 - 1760)
  • Alauddin Mahmud Syah I (1760 - 1781)
  • Badr ul Alam Syah (1764 - 1765)
  • Sulaiman Syah (1773)
  • Alauddin Muhammad Syah (1781 - 1795)
  • Alauddin Jauhar ul Alam Syah (1795 - 1815)
  • Syarif Saiful Alam Syah (1815 - 1819)
  • Alauddin Jauhar ul Alam Syah (1819 -1823)
  • Alauddin Muhammad Da'ud Syah I (1823 - 1838)
  • Alauddin Sulaiman Ali Iskandar Syah (1838 - 1857)
  • Alauddin Ibrahim Mansyur Syah (1857 - 1870)
  • Alauddin Mahmud Syah II (1870 - 1874)
  • Alauddin Muhammad Da'aud Syah II Johan Berdaulat (1874 - 1903)

4. Kesultanan Demak

Berikut profil singkat Kerajaan Demak:
  • Berdiri: 1475 - 1554 M
  • Lokasi: Bintoro Demak, Pati Jipang Cepu
  • Kabupaten: Demak
  • Provinsi: Jawa Tengah
  • Sultan Pertama: Raden Fatah
  • Bukti Sejarah: Masjid Demak

Awal Mula Kerajaan

Kerajaan Demak merupakan kerajaan Islam pertama di Pulau Jawa yang berdiri pada abad ke-1 5. Awalnya, wilayah Kerajaan Demak merupakan salah satu wilayah kekuasaan Kerajaan Majapahit. Raja pertama Kerajaan Demak adalah Raden Patah yang memerintah dari tahun 1481 M—1518 M. 

Raden Patah pernah mengirim Adipati Unus bersama armada laut kerajaan untuk merebut Malaka dari Portugis. Berkat usahanya ini, Adipati Unus dijuluki sebagai "Pangeran Sabrang Lor". Setelah wafat, Raden Patah digantikan oleh Adipati Unus.

Puncak Kejayaan

Setelah Adipati Unus wafat, Kerajaan Demak dipimpin oleh Sultan Trenggono. Pada masa pemerintahan Sultan Trenggono, Kerajaan Demak memperluas wilayah kekuasaannya serta menyebarkan agama Islam ke wilayah Jawa Tengah dan Jawa Timur berkat bantuan Fatahillah.

Masjid Agung Demak | Kompas.com

Sultan Trenggono kagum dengan kemampuan Fatahillah yang menguasai ilmu agama dan ilmu perang. Oleh karena itu, Sultan Trenggono mengangkat Fatahillah menjadi panglima perang. Berkat kepemimpinannya, Kerajaan Demak berhasil menaklukkan Kerajaan Majapahit.

Kemunduran Kerajaan

Setelah Sultan Trenggono wafat, Kerajaan Demak mengalami kemunduran akibat perebutan kekuasaan dalam keluarga kerajaan. Pada masa pemerintahan Sultan Hadiwijaya (Joko Tingkir), ibu kota Kerajaan Demak dipindahkan ke Pajang. Akibatnya, berakhirlah sejarah Kerajaan Demak.

Raja Demak

Berikut beberapa raja-raja yang memimpin kerajaan Demak:
  • Raden Fatah (1475 - 1518)
  • Pati Unus (1518 - 1521)
  • Sultan Trenggono (1521 - 1546)
  • Sunan Mukmin (1546 - 1549)
  • Arya Penangsang (1549 - 1554)
Berikut link pembahasan materi berikutnya:

Posting Komentar