Memaknai Arti Kemerdekaan Secara Individu

Table of Contents
Diguditu.com - Hari ini merupakan hari bersejarah bagi bangsa Indonesia, dimana 73 tahun yang lalu Indonesia secara resmi terbebas dari belenggu penjajahan baik secara de facto maupun de jure. Pada hari ini penulis begitu bahagia dan bangga menyambut hari kemerdekaan RI ke-73, hal ini dituangkan dengan  lambayan bendera "Sang Merah Putih" yang tegak berdiri di depan rumah.

Sekali lagi kami ucapkan "Selamat Ulang Tahun Republik Indonesia Ke-73 Tahun - Merdeka!".

Pada tahun lalu kami juga telah mengulas mengenai kemerdekaan ini: "Upaya Mengisi Kemerdekaan RI". Terdapat 8 point tindakan nyata untuk mengisi kemerdekaan RI yang kita cintai ini. Kembali penulis ulang, bahwa upaya yang dilakukan tersebut meliputi:

1. Bekerja jujur dan bertanggung jawab
2. Membangun keharmonisan keluarga
3. Menjalankan ibadah dengan baik
4. Menjalin hubungan baik dengan tetangga dan lingkunan
5. Menjadi warga negara yang baik
6. Mengurangi sifat negatif
7. Membantu sesama
8. Tidak cepat puas

Delapan point di atas merupakan perilaku keseluruhan baik secara individu maupun bermasyarakat. Kali ini kita akan membahas mengenai arti kemerdekaan yang lebih spesifik, yaitu mengenai individu itu sendiri. Hal-hal yang terkait dengan perilaku dan sikap dari individu yang bersangkutan.

Hal ini sangat penting karena kemerdekaan yang sesungguhnya berawal dari kemerdekaan individu yang bersangkutan. Saat ini kita telah menikmati kemerdekaan RI, kita sudah terbebas dari cengkraman para penjajah, kita dapat menjalankan kehidupan yang layak, bisa bekerja, berkeluarga, beraktualisasi diri dengan bebas.

Namun apabila digali lebih dalam, pertanyaan yang sederhana saat Anda tertidur apakah tidur Anda nyenyak, atau malah sebaliknya, tidur tidak nyenyak karena banyak pikiran. Pikiran dapat dikelompokan menjadi dua yaitu negatif dan positif.

Pikiran positif merupakan segala sesuatu hal yang ada di kepala/otak namun bersifat membangun, lain halnya dengan pikiran negatif yaitu segala sesuatu yang ada di kepala/otak namun bersifat merugikan baik untuk dirinya sendiri maupun orang lain. Pikiran negatif ini erat kaitannya dengan nafsu.

Apabila kita dalam kehidupan sehari-hari dominan dikuasai oleh nafsu, bukan hati nurani dan pikiran jernih berarti kita saat ini belum merdeka. Tubuh kita menjadi alat yang dikuasai nafsu untuk menjalankan segala sesuatu yang diinginkan tanpa melihat jauh kedepan baik secara fisik maupun psikis, urusan dunia maupun akhirat.

Sebagai contoh dalam kehidupan sehari-hari yang berkembang saat ini adalah masalah penampilan. Penampilan saat ini adalah suatu bentuk aktualisasi diri yang paling gampang diikuti oleh siapapun berdasarkan level keuangan dan mindset masing-masing. Orang perkotaan maupun orang yang ada di pedesaan bisa mengikuti fashion yang sedang trend saat ini.

Income keluarga sebisa mungkin untuk mengikuti trend tersebut agar terlihat sebagai orang yang gaul, sosialita, trendi guna mendapatkan pujian dari orang-orang di sekitarnya. Mungkin untuk sesaat hal ini dapat menjadi kepuasan, namun apabila dilakukan terus menerus tidak akan pernah selesai.


HUT Indonesia | Depkeu.com

Hal tersebut apabila tidak didasari dengan manajemen keuangan yang baik, maka akan menjerumuskan individu kepada budaya konsumtif. Seperti pepatah mengatakan "Pasak lebih besar daripada tiang", fashion diutamakan sedangkan konsumsi makanan bergizi diabaikan, atau sosialita didahulukan namun budget pendidikan dan pengembangan diri diabaikan.

Masih banyak lagi perilaku individu yang masih di peralat oleh nafsu. Contoh di atas adalah sikap dan perilaku yang dapat kita saksikan saat ini. Di bawah ini langkah-langkah untuk membebaskan (memerdekakan) diri dari belenggu nafsu agar menjadi orang yang merdeka seutuhnya.

1. Malankan Ibadah Dengan Baik dan Benar

Agaman adalah way of life, mengatur semua aspek kehidupan. Apabila perilaku kita sudah keluar jalur yang ditentukan oleh agama, dapat dipastikan bahwa ada konsekwensi yang akan kita tanggung baik dengan namusia itu sendiri atau nanti perhitungan di akhirat.

Agama dengan tegas membebaskan manusia dari penjajahan nafsu, salah satu contoh sederhana adalah makan. "Makanlah (makanan) yang baik-baik dari rezeki yang telah kami berikan kepadamu" (QS. Al-Baqarah: 57), "Makan dan minumlah dari rezeki (yang diberikan) Allah dan janganlah kamu melakukan kejahatan di bumi dengan berbuat kerusakan" (QS. Al-Baqarah: 60). "Wahai manusia! Makanlah dari (makanan) yang halal dan baik yang terdapat di bumi dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkah setan. Sungguh, setan itu musuh yang nyata bagimu" (QS. Al-Baqarah: 168).

Nabi Muhammad bersabda: "Makanlah sebelum lapar, berhentilah sebelum kenyang". Ini baru satu perkara makan, masih banyak lagi ribuan bahkan jutaan perilaku kehidupan yang diatur oleh agama. Kita sama-sama bertanya untuk diri pribadi, apakah kita selama ini sudah menjalankan syariat agama dengan baik dan benar?

2. Menetapkan Tujuan Hidup

Kita hidup janganlah tersesat, arti tersesat ini adalah tidak menentukan arah dan tujuan hidup dengan benar. Tanpa perencanaan yang ditetapkan, hidup mengalir begitu saja. Kadang ada pernyataan, "Hidup kita ikhlaskan, Tuhan yang mengatur". Pernyataan ini bisa dikatakan benar dan juga salah, harus dilihat pangkal permasalahannya.

Apabila pernyataan tersebut keluar setelah berbagai upaya dilakukan, maka itu adalah hal yang benar. Namun apabila pernyataan tersebut keluar belum dilakukan apa-apa, bahkan belum ada perencanaan yang baik, itu adalah bentuk keputusasaan.

Sekalipun Tuhan Maha segala-galanya, maka segala bentuk usaha akan diserahkan kepada manusia. Mulai dari niat, merencanakan sesuatu, menjalankannya (mengusahakannya), dan bersyukur atas pencapaian usaha dan kerja kerasnya tersebut. Tuhan akan memberikan jalan apabila manusia itu bergerak (berusaha).

Setelah tersusun tujuan hidup (target-target) yang harus di capai setiap hari, minggu, bulan, tahun dan lain-lain. Maka tujuan ini lah yang harus kita jalankan, sekalipun ada perubahan sesuai dengan perkembangan waktu, namun pondasinya harus tetap dipertahankan.

3. Menetapkan Skala Prioritas

Dari sekian banyak target dan tujuan hidup yang telah ditetapkan, maka urutkanlah skala prioritas yang harus segera dipenuhinya. Lihatlah nilai urgensitasnya, waktu, dan tingkat kesukaran. Hal yang paling mudah untuk menjabarkannya adalah berhitung dengan waktu. Target tersebut dapat dibagi menjadi target tahunan, bulanan, mingguan, harian, bahkan per jamnya.

Apabila sudah diperoleh skala priotitas dalam kehidupan Anda, maka jalankan berdasarkan urutan yang dianggap paling urgent, mudah, dan tidak membutuhkan effort. Hal ini tidak mudah, dan membutuhkan waktu untuk menganalisanya, namun apabila sudah ditemukan titik tolak untuk melaksanakannya, maka tahap demi tahap akan dilalui dengan baik.

4. Komitmen

Komitment, konsistensi, sikap tahan banting merupakan hal yang sangat sulit dalam mengejar suatu target atau cita-cita. Banyak sekali alang-rintang yang datang kadang hati, pikiran, fisik kita terganggu.

Komitmen akan berjalan baik apabila didasari oleh keikhlasan, bukan keterpaksaan. Ikhlas merupakan pondasi paling kuat untuk menghadang berbagai alang rintang yang menghadang setiap tindakan kita. Apabila kita mendapatkan hasil yang baik, senantiasa bersyukur. Hal sebaliknya apabila tidak baik, senantiasa bersabar.

5. Menjauhi Hal-hal Negatif

Awal mula seseorang bisa terjerumus kepada hal-hal negatif adalah dengan cara coba-coba. Pertama dilakukan secara sembunyi-sembunyo, kedua sudah mulai terbiasa, ketiga dan seterusnya menjadi kebiasaan buruk.

Hal-hal negatif disini adalah perilaku dan sikap yang dapat merugikan baik untuk individu sendiri maupun orang lain. Sekalipun hanya teh manis, apabila dikonsumsi secara terus menerus hal ini pun akan menjadi kebiasaan negatif bagi tubuh kita. Apalagi dengan hal-hal besar, maka agar menjadi orang merdeka secara individu hindari hal-hal negatif.

6. Belajar dari Orang Lain

Sebagai mahluk sosial, kita tidak terlepas dari orang lain. Mulai dari rumah sampai dengan tempat kerja (relasi bisnis). Dalam berhubungan dengan orang lain, kita telah menetapkan diri di posisi (kelas) tertentu di masyarakat. Tidak dapat dipungkiri hal ini terjadi karena latar belakang ekonomi, pendidikan, mindset, dan lingkungan.

Hal yang paling sulit adalah berhadapan dengan orang-orang yang dianggap beda level (kelas). Perlu sikap dewasa untuk bisa menjalin hubungan yang baik. Bagi orang yang merdeka secara individu, mereka dapat mengambil hikmah dan pelajaran dari setiap hubungan (perilaku orang lain).

Apabila tindakan kita sudah baik (tidak bertentangan dengan norma-norma yang berlaku), maka tindakan tersebut dapat dipertahankan dan ditularkan kepada orang lain dengan cara memberikan contoh. Apabila mendapatkan ilmu baru yang lebih baik, kita dapat belajar dari siapapun termasuk dari anak kecil, orang baru, atau lingkungan untuk memperbaiki tindakan-tindakan yang kurang baik pada diri kita.

Masalah yang sering ditemukan adalah kita menganggap bahwa kita adalah orang yang paling benar. Hal ini terjadi karena kita tidak dapat mengukur kadar benar dan salah pada diri kita (sesuai dengan norma yang berlaku). Kondisi ini menunjukan bahwa Anda sedang tersesat (hati, pikiran Anda tertutup).

7. Evaluasi Diri

Hal yang umum dilakukan adalah apa yang terlihat, kemudian dikomentari. Mudah sekali mengoreksi atau memberikan komentar kepada orang lain. Sedangkan evaluasi untuk diri sendiri merupakan hal yang cukup sulit. Tidak semua orang dapat melakukan hal ini, sekalipun bisa kadang-kadang manusia ini harus terasa dulu hal yang sakit baru sadar.

Bagi umat Islam, evaluasi diri yang paling efektif adalah setelah selesai shalat. Saat itulah kita berkomunikasi dengan Tuhan atas apa yang telah kita lakukan, akan dilakukan dan lain-lain. Bagi umat beragama lainnya pun dapat melakukan hal yang demikian sesuai dengan ketentuan agamanya masing-masing.

Kegiatan ini sangat penting untuk mengukur kehidupan kita. Ini adalah diskusi dengan diri sendiri dan Tuhan, ini adalah pengakuan, ini adalah sarana untuk memperbaiki diri secara psikologis. Apabila kita terbiasa melakukan hal ini, maka akan dengan mudah melihat sesuatu yang berasal dari luar. Sebelum melakukan evaluasi atau komentar kepada pihak luar, kita akan melihat kedalam terlebih dahulu. 


Posting Komentar