Upaya Mengisi Kemerdekaan RI

Table of Contents
Hari Ulang Tahun Republik Indonesia ke-72 tinggal menghitung hari. Suasananya sudah terasa mulai dari pemasangan umbul, aneka aksesoris kantor, wall photo social media dengan tema merah-putih, aneka kegiatan di sekolah menyambut kemerdekaan, bendera mulai berkibar disetiap rumah, para aktivis partai mulai memasang foto tema kemerdekaan, upaya tersebut untuk menunjukan bahwa kita merupakan generasi yang memiliki jiwa nasionalisme.

Upacara Bendera | Detik.com

Bagi generasi muda yang lahir tahun 2000an mungkin hal ini tidak akan terasa ada perbedaan, hal sebaliknya bagi mereka yang terlahir sebelum tahun 2000an akan merasakan ruh kemerdekaan yang berbeda dibandingkan dengan perayaan sebelum tahun 2000an. Hal ini penulis rasakan sendiri di Cianjur, Sukabumi, Bandung, Padangsidempuan, Labuhan Batu dan Medan.

Mengenang 30 tahun lalu sejak Bulan Juli setiap keluarga dengan inisiatif masing-masing sudah mempersiapkan kemerdekaan RI. Orang tua membeli, membuat, bahkan ada yang mencuci bendera merah putih yang disimpan kurang lebih setahun di lemari. Orang tua dulu merasa tidak afdol apabila setiap rumah tidak ada bendera merah putih yang berkibar.

Ibu-ibu tidak mau ketinggalan, mereka mengisi kemerdekaan dengan berbagai kreatifitas mereka. Mereka yang hobi membuat camilan, kerajinan tangan, rajutan dan lain-lain akan dikemas dan dijadikan karya untuk RT/RW mereka. Sebisa mungkin karya mereka tampil dalam acara karnaval 17an.

Anak-anakpun ikut merasakan kemeriahan 17an, mereka juga sibuk mempersiapkan sepeda kesayangan untuk dihias. Selain itu mereka pun mempersiapkan seragam terbaik untuk mengikuti upacara bendera pada hari H. Seluruh keluarga sibuk, mereka terlibat tanpa ada paksaan untuk mengisi kemeriahan tanggal 17 Agustus.

Bergeser ke lingkungan yang lebih besar tingkat RT/RW team panitia mempersiapkan berbagai lomba dan kegiatan. Mulai dari lomba kebersihan lingkungan (rumah, selokan, dan taman), menghias gapura, membuat ornament kemerdekaan, aneka  jenis perlombaan anak-anak dan dewasa, bahkan acara dangdutan untuk memeriahkan kemerdekaan.

Bisa dibayangkan memasuki bulan Agustus, terlihat jalan di sekeliling pemukiman sudah bersih, setiap rumah mengibarkan Bendera Merah-Putih, Gapura dengan tema kemerdekaan, umbul-umbul terpasang berderet di sepanjang jalan, hiasan lampu kerlap-kerlip bersilangan di atas jalan menerangi gelap malam, anak-anak asik hilir-mudik dengan sepeda kesayangannya yang siap ditampilkan dalam lomba “Sepeda Hias 17an”, kantor-kantor pemerintahan full branding(dihias) dengan tema merah putih. Lapangan upacara 17an sudah dibabat rapi, tepat di tengah lapangan berdiri tegak tiang bendera yang siap mengibarkan “Sang Merah Putih”.

Seminggu sebelum tanggal 17 Agustus, di RT/RW mengadakan kegiatan olahraga seperti volley, sepak bola, bulutangkis, tenis meja dan aneka lomba lainnya. Setelah tingkat RT/RW dilanjutkan dengan tingkat Desa/Kelurahan yang dilaksanakan di Kecamatan, dan puncaknya akan dilaksanakan di tingkat Kabupaten/Kota.

Sejak pagi anak-anak SD, SMP, SMA, dan Mahasiswa berkumpul di lapangan upacara untuk mengikuti pengibaran “Sang Merah Putih”. Pengibaran bendera dilaksanakan dengan begitu khidmat, seluruh peserta upacara berdiri tegak layaknya para pejuang yang siap menghadapi para penjajah. Setelah upacara selesai kegiatan tidak berheni begitu saja, panggung utama telah menanti untuk menampilkan berbagai pertujukan dari masing-masing RT/RW, Desa/Kelurahan dan Kecamatan masing-masing.

Saat yang paling ditunggu penulis kala itu yaitu teatrikal perjuangan merebut kemerdekaan. Situasi mendadak hening, keluarlah mereka yang berpakaian serdadu KNIL (Koninklijk Nederlands-Indische Leger) lengkap dengan senjata dan tank-nya berjalan ke tengah lapangan (seakan-akan perjalanan long march antara Anyer dan Panarukan). Tanpa disadari oleh mereka keluarlah dari semak Para Pejuang yang membawa bambu runcing berjalan mengendap-endap menghampiri serdadu KNIL. Dengan satu isarat bunyi siulan “Suuuiiit” menggelindinglah bongkahan batu dari gunung menerjang konfoi tentara KNIL.

Tentara KNIL sontak terperanjat kaget dan sebagian besar terjatuh ke tanah akibat jebakan batu dan bambu runcing. Sesaat kemudian terdengar letupan senjata dari semak-semak dan teriakan “Serbuuu”. Jalananpun menjadi ramai, puluhan orang dengan gagah berani menyergap tentara KNIL. Tidak dapat dihindari baku tembakpun terjadi, satu persatu dari kedua belah pihak berjatuhan dengan bercucuran darah. Akhirnya tentara KNIL menyerah kepada para pejuang, kemudian mereka merampas Bendera Belanda kemudian dengan sigap menyobek warna birunya sambal berteriak “MERDEKAAAAA”. Tiba-tiba suasana pun menjadi riuh oleh tepuk tangan penonton karena bisa merasakan secara emosional para pejuang mengusir penjajah. Teatrikalpun selesai dengan antusias yang tinggi dari penonton.

Itulah ruh kemerdekaan RI 30 tahun ke belakang yang masih membekas dalam ingatan penulis. Ingin rasanya mengulangi kebahagiaan dan kebanggaan menyambut kemerdekaan RI seperti dulu, namun setelah melihat perubahan yang begitu nyata rasanya hal tersebut hanya sebuah keniscayaan. Mengapa? Seperti yang kita lihat dan rasakan, beberapa rumah-rumah tidak lagi mengibarkan “Sang Merah Putih”, umbul-umbul sudah jarang terlihat di sebagian besar jalan-jalan kota, hiasan gapura jarang terlihat, lomba sepeda hias anak-anak jarang ditemukan, karnaval kreasi seni dan kerajinan masyarakat sulit kita dapat, aneka pertandingan olah raga sepi penonton. Pertanyaan besar kita, masih adakah rasa nasionalisme masyarakat Indonesia saat ini?

Jawabanya masih ada, namun sudah mulai luntur oleh waktu. Mengapa luntur? Banyak faktor, salah satu penyebab tersebut adalah semakin biasnya penanaman jiwa nasionalisme dan wawasan nusantara. Hal tersebut terkait dengan kebijakan pemerintah dan kesadaran dari masyarakat itu sendiri. Bagaimana mengatasinya? Jawabannya persis sama dengan penyebabnya yaitu kebijakan pemerintah dan kesadaran masyarakat. Hal yang paling mudah dan akan terasa langsung dampaknya yaitu dimulai dari individu itu sendiri. Langkah-langkah apa saja yang strategis dan berdampak besar, adalah:

1. Bekerja jujur dan bertanggung jawab sesuai dengan profesi. 
Profesi apapun apabila didasari dengan kejujuran dan kemampuan untuk bersyukur maka akan menghasilkan sesuatu yang positif (berkah dan amanah). Sebagai Tukang Sapu, jadilah penyapu yang jujur dan bertanggungjawab; sebagai pengusaha, menjadi pengusaha yang jujur dan memberikan keberkahan kepada orang lain; sebagai Pejabat, menjadi pejabat yang amanah sehingga membawa keadilan dan kesejahteraan kepada masyarakat.

2. Membangun keharmonisan dan keutuhan keluarga. 
Dikatakan berhasil seorang menajer apabila dia mampu memenej keluarga dan perusahaan dengan baik. Dikatakan guru/dosen yang baik apabila dia mampu mencerdaskan keluarga dan anak didiknya. Dikatakan pengusaha yang baik apabila dia mampu berbuat adil dan mensejahterakan keluarga dan usahanya. Dikatakan pemimpin yang baik apabila dia mampu menjadi pemimpin yang amanah untuk keluarga dan lembaganya. Apabila ada yang pincang atau tidak seimbang antara keluarga dan aktivitas lainnya berarti ada ego dan manajerial yang belum baik.

Tampak sederhana setiap hari kita berjumpa dengan istri/suami, anak, saudara kandung, orang tua. Awal bulan istri senyum manis dan tulus, akhir bulan senyumnya mulai kecut; Anak-anak bertanya kapan papa/mama pulang, butuh ini --- butuh itu; Orang tua harus checkupke rumah sakit, saudara harus bertanggungjawab terhadap tetangga yang hamil 2 bulan, pihak bank berkali-kali telephone mempertanyakan tagihan yang sudah jatuh tempo, dan banyak lagi.

Dekat, terlihat sederhana, dijumpai setiap hari, tetapi kompleks permasalahannya itulah keluarga anugrah terbesar yang Tuhan berikan kepada umat manusia. Apabila kita dapat memenejnya berarti hal fundamental/mendasar sudah Anda kelola dengan baik.

3. Menjalankan ibadah sesuai keyakinan dengan baik dan benar. 
Keluarganya sudah baik, ekonominya berkah, hal yang harus diperkuat yaitu bagaimana kita semakin dekat dengan Tuhan. Orang Islam, seorang bayi yang baru lahir ke dunia komunikasi personal antara orang tua dengan bayi yaitu Adzan, bagaimana bayi yang suci ini untuk pertama kalinya ditulis oleh tinta “Allah SWT”. Waktu terus bergulir ada kalanya Allah SWT jauh akibat kita lalai. Allah SWT tidak butuh manusia, manusia lah yang membutuhkan Rakhmat dan KaruniaNya, kita yang harus mengejar dan berjuang habis-habisan untuk mendapatkanNya. Penulis yakin, apabila kita sudah menjalankan Agama dan Ibadah dengan baik, ini merupakan kunci sukses menjalankan kehidupan didunia dan akhirat. Al-Quran dan Hadis merupakan Manual Book untuk mengatur Teknologi Tercanggih (Manusia) agar berjalan sesuai dengan yang semestinya di dunia dan mendapatkan kebahagiaan akhirat.

4. Menjalin hubungan baik dengan tetangga dan lingkungan.
Keluarganya sudah baik, ekonominya baik, agamanya juga baik ---- tingkat selanjutnya yaitu habluminannas(berhubungan dengan sesama manusia). Tetangga merupakan orang asing sekaligus orang yang akan menggantikan saudara yang jauh. Jangan kita sia-siakan mereka, mereka merupakan keluarga terluar yang dampaknya sangat terasa. Apabila kita baik dengan tetangga dan lingkungan kita akan nyaman dan mudah dalam berbagai tindakan, hal sebaliknya apabila bermasalah dengan tetangga kemungkinan besar bermasalah juga dengan saudara sendiri (cerminan).

Bagaimana dengan tetangga yang super sibuk, di kota besar yang serba individualis atau hal sebaliknya di daerah yang rendah tingkat pendidikannya. Segala sesuatu dimulai dari kita, kita akan berada di tempat dan level yang kurang lebih sama. Kita sebagai pengusaha sukses, akan berada dan memilih lingkungan yang sesuai dengan profile kita, begitu juga apabila hidup pas-pasan kita akan berada di lingkungan sederhana. Karena level kita sesuai dengan tetangga, mulailah kita membangun hubungan yang harmonis. Moment lebaran, pernikahan, 17an, pulang kampung, disinilah saatnya untuk berjabat tangan, bersilaturahmi, saling memaafkan, tolong-menolong dengan mereka.

5. Menjadi warga Negara yang baik. 
Hal yang sederhana adalah kebersihan dan masalah sampah. Membuang sampah pada tempatnya merupakan bentuk nyata menjadi warga negara yang baik, mangapa? Karena kita membantu menjaga lingkungan, meringankan beban Dinas Kebersihan. Hal sederhana lainnya kedisiplinan, tertib administrasi kenegaraan seperti KTP (Kartu Tanda Penduduk), KK (Kartu Keluarga), SIM (Surat Izin Mengemudi), tidak merusak lingkungan, memiliki jiwa nasionalisme dan lain-lain.

6. Kurangi sifat curiga berlebihan, iri, dengki, dan sombong. 
Politik hitam lah yang merusak moral bangsa saat ini. Namun semuanya akan kembali kepada (individu masing-masing), tentunya kita memiliki prinsip, visi dan misi untuk melihat sesuatu. Hal yang perlu kita garis bawahi yaitu jangan terlalu curiga, terlalu sensitif, mudah membenci, iri, dengki dan sombong karena Allah SWT akan mudah merubah segala sesuatu “Kun faya kun” maka semuanya akan jadi (bahkan sesuatunya bisa terbalik). Ada istilah “Benci tapi rindu”, dulu dicaci maki sekarang dinikmati. Jadilah orang yang dewasa dalam menyikapi sesuatu, setiap hal atau informasi yang dihadapi/didapat dicerna terlebih dahulu dampak yang akan ditimbulkan. Tidak menyebarkan kebencian, Hoax, fitnah dan SARA.

7. Bantulah sesama sesuai kemampuan kita. 
Bentuk aktualisasi diri yang paling baik adalah bersedekah, berinfak, dan beramal soleh. Apapun yang kita miliki selama kita cukup dan mampu membantu orang yang membutuhkan, selayaknya kita membantu mereka walaupun hanya doa, apalagi dalam bentuk yang konkritseperti makanan, uang, pakaian dan tenaga. Namun yang perlu kita perhatikan adalah sebaik-baiknya bantuan kita kepada orang lain semata-mata karena Allah SWT.

8. Jangan pernah puas untuk belajar dan berkembang. 
Kembali kepada point 1, setelah kita jujur dan bersyukur dalam pekerjaan kita jangan pernah berhenti diposisi yang sama (jangan pernah nyaman untuk posisi saat ini). Kejarlah karir yang lebih baik, jangan nyaman dengan profesi sebagai Tukang Sapu kejarlah menjadi ketua atau kepala Tukang Sapu yang jujur dan bertanggung jawab. Jangan puas dengan usaha dengan asset miliaran, tingkatkan terus produktifitasnya sehingga membawa kesejahteraan yang lebih luas. Jangan puas dengan jabatan sebagai Wali Kota kejarlah posisi Gubernur yang jujur dan amanah.

Selamat mengisi Hari Ulang Tahun Kemerdekaan RI yang ke-72, 8 point di atas (di bulan ke-8 ini) bukanlah hal yang mudah tetapi penulis yakin dapat dijalankan oleh individu walaupun prosesnya panjang. Mulailah dari individu untuk meringankan beban dan tanggungjawab pemerintah RI yang saat ini masih sibuk dengan urusan oranisasi dan politik internalnya.

Posting Komentar