Langkah-langkah Menyelamatkan Anak Kita dari LGBT

Indonesia saat ini digegerkan dengan kasus penggerebekan prostitusi LGBT (Lesbian, Gay, Biseksual, dan Transgender) di Kelapa Gading-Jakarta yang menghebohkan media dalam dan luar negeri. Istilah LGBT muncul sejak tahun 1990an untuk menggantikan sebutan bagi "Komunitas Gay".

Bendera LGBT | Tirto.id

Penyakit ini sudah lama muncul, yaitu sejak zaman Nabi Luth AS di Negeri Sodom (bagian dari Kota Pentapolis) yang berada di lembah Yordan. Negeri Sodom (termasuk kota Pompeii) telah Allah SWT binasakan dengan letusan gunung berapi dan gempa yang sangat hebat. Betapa murkanya Allah SWT terhadap perbuatan seperti itu, sampai saat ini peninggalannya masih terjaga sebagai peringatan bagi orang-orang yang berfikir.

Pada penggerebekan Minggu, 21 Mei 2015 terjaring 141 pria tengah melakukan sex sesama jenis yang berkedok fitnes. Ini merupakan kasus yang terjadi di Jakarta, bagaimana dengan kota-kota lainnya? Mungkin saja hal yang sama terjadi namun tidak terekspos ke media seperti pada kasus ini. Sungguh sangat mengkhawatirkan bagi kita selaku orang tua yang memiliki anak-anak kecil dan menginginkan masa depan mereka baik.

Penyakit ini menurut Elly Risman (Pakar Psikolog) merupakan penyakit ODMK (Orang Dengan Masalah Kejiwaan), penyakit ini dapat menular melalui lingkungan pergaulan atau budaya. Bagaimana dengan anak-anak kita agar tidak terjerumus masuk ke dalam kelompok ini? Berikut beberapa tips yang dapat kita lakukan untuk mengantisipasinya:

1. Perkuat Keutuhan Keluarga dan Ukhuah Islamiyah

Segala sesuatu berawal dari keluarga, maka perkuatlah keutuhan keluarga. Berilah cinta dan kasih sayang kepada anak, sehingga mereka tidak mencari figur dari orang lain yang belum tentu baik untuk mereka. Tanamkan nilai-nilai agama dan masuk/sentuhlah ranah afeksi, kognitif, dan konatifnya sehingga anak memiliki pandangan dan moral yang baik.

2. Menjaga Pergaulan Anak

Orang tua harus jeli melihat pergaulan anak, biasakan anak untuk dapat berkomunikasi dengan orang tua dengan jujur dan transparan. Bergaul dengan siapa saja tentunya boleh, asalkan tidak berdampak negatif. 

Orang tua harus peka dan selalu memonitor pergaulan mereka, jangan dibiarkan begitu saja. Berlakulah tegas untuk membatasi pergaulan mereka apabila berdampak negatif, lakukan dengan cara yang efektif dan dapat diterima oleh anak.

3. Menghindari Pornografi dan Pornoaksi

Teknologi merupakan tantangan yang cukup berat untuk membendung pornografi dan pornoaksi. Sosial Media banyak dijadikan alat untuk mencuci otak anak-anak dengan tampilan atau iklan yang menjurus kepada pornografi dan pornoaksi. 

Teknologi tidak dapat dihindari, namun orang tua harus membatasinya. Langkah yang dapat diambil untuk membatasi internet dan sosial media diantaranya dengan menggunakan aplikasi parental control untuk memblokir situs-situs porno .

4. Memberikan Pendidikan Sex Pada Anak

Bukan hal tabu membicarakan hal-hal seputar sex pada anak apabila mereka cukup dewasa. Jadilah guru atau sahabat yang dapat memberikan informasi dan jawaban kepada mereka tentang sex. 

Sebaik-baiknya anak bertanya kepada orang tua (termasuk psikolog dan dokter) mengenai hal ini, dibandingkan kepada teman atau orang yang tidak tepat karena akan berdampak negatif terhadap pemahaman mereka.

5. Memberikan Pengetahuan dan Pemahaman tentang LGBT

Orang tua harus menyampaikan informasi tentang LGBT baik gejala maupun dampaknya terhadap kehidupan. Apabila orang tua tidak cukup informasi dan pemahamannya, ajaklah anak-anak kita untuk mengikuti Kajian atau Seminar tentang LGBT. 

Parade Waria | Kompas.com

Pengetahuan dan informasi ini sangat penting untuk anak-anak agar dapat menentukan sikap apabila mereka berhadapan dengan situasi dan lingkungan LGBT.

Selain langkah-langkah internal di atas, kita juga selaku masyarakat dapat membantu mengantisipasi penyakit ini. Menurut Maria Nofanola (Pakar Psikolog) dalam tulisannya di forum Kompasiana.com "Bagaimana Menyikapi LGBT?" diantaranya adalah:
  • Memberikan bantuan tenaga, dana, fasilitas, serta sarana dan prasarana dalam penyelenggaraan Upaya Kesehatan Jiwa para penyandang LGBT
  • Melaporkan adanya LGBT yang membutuhkan pertolongan kepada Dinas Sosial atau Lembaga Keagamaan penyedia Pembinaan dan Rehabilitasi
  • Melaporkan tindakan kekerasan yang dialami serta yang dilakukan LGBT
  • Menciptakan iklim yang kondusif bagi LGBT
  • Memberikan pelatihan keterampilan khusus kepada LGBT
  • Memberikan sosialisasi kepada masyarakat mengenai pentingnya peran keluarga dalam penyembuhan LGBT
  • Mengawasi fasilitas pelayanan di bidang Kesehatan Jiwa.

Tugas orang tua belumlah cukup memberikan nafkah lahiriah kepada anak dan keluarga, melainkan harus seimbang antara jasmaniah dan rohaniah. Perhatian dan kasih sayang merupakan titik tolak (yang paling mendasar) untuk mengantisipasi anak dari penyakit LGBT. 

Lakukan tahap-tahap di atas dengan baik, apabila kita sudah berusaha maka serahkanlah segala sesuatunya kepada Allah SWT. Manusia hanya bisa berusaha, Tuhan lah yang menentukan. Semoga anak-cucu kita terhindar dari penyakit LGBT, menjadi generasi yang amanah dan tidak melampaui batas.
Posting Komentar