Bagaimana Membangkitkan Kembali Tiga Pusat Pendidikan

Table of Contents
Selasa 2 Mei 2017 kemarin kita memperingati Hari Pendidikan Nasional, hari yang bersamaan diperingati sebagai hari kelahiran Ki Hajar Dewantara 128 tahun yang lalu di Yogyakarta. Konsep pendidikan yang terkenal dari Ki Hajar Dewantara yaitu "Tri Sentra Pendidikan" terdiri dari Pendidikan dalam Keluarga, Pendidikan di Sekolah dan dan Pendidikan di lingkungan Masyarakat.

Perkembangan zaman menyebabkan semakin lunturnya konsep Tri Sentra Pendidikan dalam keluarga. Tidak dapat dipungkiri sebagian besar keluarga saat ini memiliki kesibukan profesi di luar rumah, sehingga waktu dengan keluarga semakin terbatas. Pada akhirnya pendidikan di dalam keluarga semakin terbatas. 

Sekolah menjawab terbatasnya waktu dalam keluarga dengan menyediakan kelas Full Day . Solusi ini sudah cukup efektif untuk "mengkarantina" anak dari hal-hal negatif era globalisasi di luar keluarga. Sekolah menawarkan kurikulum pendidikan dari sisi akademis, penanaman nilai sosial dan budaya. Pada akhirnya keluarga mempercayakan sepenuhnya pendidikan kepada sekolah.


Foto: Ki Hajar Dewantara, www.bintang.com

Pola pikir keluarga seperti di atas yaitu meyakini bahwa sekolah bertanggungjawab sepenuhnya terhadap pendidikan anak yang perlu sama-sama diluruskan. Fungsi sekolah sendiri tidak dapat menggantikan peran keluarga sebagai pondasi utama pembentukan karakter (teladan, sifat baik, dan nilai-nilai agama).

Pendidikan akan efektif apabila keluarga dan sekolah sama-sama melakukan pendidikan sesuai dengan peran dan funsinya masing-masing. Akan menjadi suatu hal yang kontradiktif apabila pendidikan dan penanaman nilai di sekolah sudah baik, sedangkan keluarganya kurang memberikan contoh baik. Anak akan menjadi korban, kecenderungan yang muncul yaitu mengikuti pendidikan yang diajarkan sekolah, mengikuti kebiasaan keluarga, atau terpengaruh oleh teman permainan (lingkungan). 

Tantangan keluarga dan sekolah akan semakin berat, seperti yang kita saksikan saat ini masyarakat Indonesia saat ini masih disibukan oleh  organisasi politik, golongan dan kepantingan tertentu. Sehingga generasi muda saat ini cenderung acuh tak acuh terhadap pembangunan, berfikir ekstrim, intoleransi bahkan anti pemerintah. 

Solusi kondisi di atas yaitu kembali mengaktifkan dan mengkampanyekan kembali Tri Sentra Pendidikan. Keluarga dan sekolah bersama-sama membangun komunikasi pendidikan. Keluarga dituntut untuk menyisihkan waktu lebih pada pendidikan anak. Sekolah sendiri memiliki kurikulum dan pendidikan yang fokus dalam pembentukan kecerdasan akademis dan kecerdasan emosional.

Kembalikan siswa sebagai objek (pusat) dari pendidikan baik keluarga maupun sekolah. Orang tua wajib memberikan contoh yang baik, mengajar anak dalam ritual keagamaan, etika dan nilai-nilai sosial. Sekolah berperan aktif untuk menyampaikan perkembangan akademik dan kepribadian dari siswa kepada keluarga sebagai acuan untuk memberikan pendidikan yang tepat.

Transfaransi ini diperlukan untuk bersama-sama antara keluarga dan sekolah untuk memenuhi kebutuhan pendidikan siswa. Bagaimana peran masyarakat itu sendiri? Masyarakat berperan besar terhadap kegiatan yang tidak dapat dilakukan oleh keluarga dan sekolah (seperti kegiatan kemasyarakatan, dan kegiatan sosial lainnya), selain daripada itu masyarakat sebagai kontrol dari pendidikan itu sendiri.

Terciptanya harmonisasi dan kerjasamanya yang baik dari Tri Sentra Pendidikan itu akan menciptakan pendidikan yang lebih baik lagi.

Posting Komentar