Pentingnya Gaya Mengajar Bagi Para Guru

Table of Contents
Cara mengajar, media pembelajaran dan materi pelajaran yang tepat akan menciptakan proses pembelajaran yang baik. Tidak mudah untuk menciptakan situasi seperti itu, diperlukan pemahaman dan proses belajar yang berkelanjutan bagi seorang guru untuk menyesuaikan diri sesuai dengan situasi dan kebutuhan siswa.

Zaman terus berubah, tentunya akan ada perbedaan sistem dan pemahaman antara guru dan siswa. Perbedaan ini merupakan tantangan tersendiri yang harus diantisipasi oleh mereka. Guru harus belajar untuk menyesuaikan gaya belajar sesuai dengan perkembangan zaman, sedangkan siswa harus menyesuaikan diri terhadap nilai-nilai yang ditanamkan guru dan sekolah.

Kegiatan belajar | Pexels

Guru tidak dapat memaksakan diri terhadap siswa untuk mengikuti cara dan mindset dia, begitu juga siswa tidak dapat memaksakan diri untuk selalu dilayani setiap kebutuhan dan keinginannya. Guru dan lembaga pendidikan/sekolah hanya bertanggungjawab selama 6-8 jam (25%) untuk memberikan pendidikan dan selama 16-18 jam (75%) dikembalikan kepada keluarga dan anak itu sendiri.

Proses pendidikan ini sangatlah sulit dilaksanakan apabila tidak disertai dengan kompetensi yang dimiliki oleh guru dan lembaga pendidikan/sekolah itu sendiri. Di bawah ini penulis akan jelaskan beberapa gaya mengajar yang dapat diterapkan dalam kegiatan belajar mengajar sebagaimana tertuang dalam artikel "What is Your Teaching Style? 5 Effective Teaching Methods for Your Classroom" - Concordia University, 17 Februari 2017:

1. Gaya Otorita (Terpusat)
Gaya ini merupakan gaya yang paling sering digunakan oleh guru pada umumnya. Gaya otorita menekankan proses belajar mengajar terfokus pada guru (seperti kuliah). Siswa cenderung pasif, hanya melakukan hal-hal yang sewajarnya yaitu mencatat dan sesekali bertanya kepada guru.

Kelebihan: gaya belajar seperi ini cocok untuk mata pelajaran Sejarah, Pendidikan Kewarganegaraan, Sosiologi, dan Antropologi. Peserta didik dituntut untuk mengetahui dan manghapal poin-poin penting dari pelajaran tersebut. 
Kelemahan: interaksi sangat kurang, dikhawatirkan peserta didik cepat bosan dan jenuh. 


2. Gaya Fasilitator (Aktif)
Gaya ini memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk melakukan praktik dan inisiatif dalam proses belajar. Guru sebagai pembimbing hanya mengarahkan langkah-langkah utamanya saja, hal yang berbau teknis dan tindakan khusus siswa yang melakukan. 

Kelebihan: siswa lebih mandiri dan dapat menemukan hal-hal baru yang penting bagi perkembangan mereka. Mata pelajaran yang cocok untuk gaya mengajar seperti ini adalah mata pelajaran Sains dan Seni. 

Kelemahan: gaya belajar seperti ini akan sulit apabila dihadapkan dengan ujian tertulis karena membutuhan penjelasan yang panjang dan gambar-gambar yang mendukung. 


3. Gaya Delegasi (Bekerja dengan Tim)
Gaya mengajar ini mirip dengan Gaya Fasilitator namun gaya mengajar ini lebih fokus kepada Group (Tim) untuk menjalankan praktikum. Masing-masing kelompok akan melakukan praktik untuk membuktikan teori dan menemukan hal-hal baru, mereka akan menampilkan (mempresentasikan) temuannya untuk sama-sama dibahas atau didiskusikan. 

Kelebihan: kerjasama tim akan membentuk karakter siswa lebih menghargai, dewasa, dan dapat menyampaikan ide/gagasan, dan mampu bekerjasama untuk mencapai tujuan bersama. Guru menjadi mentor apabila terdapat hal-hal yang tidak dapat diselesaikan oleh siswa. Gaya mengajar seperti ini cocok untuk mata pelajaran Kimia dan Biologi. 

Kelemahan: kesibukan siswa dalam melakukan riset menyebabkan minimnya kontribusi guru dalam pelajaran tersebut, apabila dibiarkan berlanjut nilai pendampingan guru akan semakin diabaikan oleh siswa. 


4. Gaya Pelatih (Coach atau Demonstrator)
Penekanan gaya ini yaitu memerikan contoh yang dilakukan guru kepada siswa. Diperlukan keahlian dan pengalaman yang cukup agar dapat diterima dan dipahami oleh siswa dengan baik. Selain itu butuh dukungan alat peraga sesuai dengan materi yang akan disampaikan. 

Kelebihan: guru dapat menggabungkan metode belajar baik ceramah maupun praktek. Gaya ini cocok untuk mata pelajaran Matematika, Seni, Pendidikan Jasmani/Olahraga, dan kerajinan tangan. 

Kelemahan: sulit untuk mengakomodir siswa yang memiliki kebutuhan khusus selain daripada itu apabila guru tidak memahami materi akan menimbulkan rendahnya tingkat kepercayaan siswa terhadap dirinya. 


5. Gaya Mengajar Campuran (Kolaborasi)
Gaya ini menggabungkan gaya mengajar terpusat dengan praktik. Hal ini dilakukan untuk menyesuaikan dengan kondisi siswa, dalam keadaan bersemangat siswa dapat diberikan material yang didominasi oleh ceramah. Hal sebaliknya pada saat siswa terlihat jenuh maka guru dapat memberikan praktik sehingga menumbuhkan minat belajar. 

Kelebihan: mendapatkan metode yang efektif untuk menjalankan proses belajar mengajar. 

Kelemahan: apabila guru tidak peka melihat kondisi siswa maka akan berdampak pada pembelajaran menjadi tidak efektif. 

Tidak ada gaya mengajar yang paling sempurna diterapkan dalam proses belajar-mengajar. Gaya mengajar menjadi tugas utama seorang guru untuk dapat menyesuaikan dengan situasi dan kondisi dari siswa dan materi yang akan diajarkan. Namun apabila melihat kondisi saat ini guru dihadapkan dengan siswa-siswa Generasi Z maka metode yang paling efektif yaitu Gaya Fasilitator dan Delegasi.

Posting Komentar